Segala hal yang terjadi pada manusia adalah karena ulah manusia sendiri. Seperti sebuah karma, saat melakukan hal yang baik pasti kebaikan akan kembali kepada dirinya begitu pula sebaliknya. Saat melakukan hal buruk juga akan kembali kepada yang melakukan. Begitulah hukum alam seperti sebuah cermin, tergantung apa yang dia kerjakan.

Peringatan Allah tersirat dalam wabah corona yang telah menggemparkan umat manusia di seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali.  Bukan saja mereka yang ingkar dengan ketetapan Allah namun mereka pula yang selalu patuh menjalankan setiap yang disyariatkan dalam Al Qur’an.

Baca juga:
Ya Rabb....Hamba Rindu RumahMu

Bedanya, dalam menyikapi masalah merebaknya pandemi wabah ini umat muslim memandangnya dengan kacamata yang positif. Mentafakuri setiap kejadian alam yang menimpanya dengan ikhlas dan selalu bersabar, bukan berarti tanpa ikhtiar untuk menghindarinya. Namun lebih melihatnya dari sisi positifnya.

Bukankah setiap yang ditakdirkan Allah selalu ada kebaikan, ada hikmah yang tersembunyi di dalamnya. Bisa jadi tidak semua orang mampu memahami hal ini, bahkan cenderung menggerutu. Apalagi kejadian demi kejadian yang tak kunjung usai membuatnya semakin kesal hingga menyalahkan banyak pihak. Harus diakui, bahwa manusia hanyalah hamba Allah yang harus tunduk dengan segala yang diperintahkanNya bukan malah sebaliknya selalu ingkar.

Jika ditelaah lebih dalam, menyadari atau tidak sesungguhnya ilmu manusia tidak akan pernah mampu menandingi ilmu Allah. Bahkan tenaga medispun yang dianggap paling ahli dalam bidang kedokteran akhirnya harus tumbang satu per satu. Menunjukkan bahwa manusia sesungguhnya sangat kerdil di mata Allah. Begitulah jika Dia sudah berkehendak tak ada yang mampu melawannya.

Perlu dikaji lebih dalam bagaimana sebetulnya cara efektif menghadapi wabah yang kian merebak ini. Imbauan yang disarankan pemerintahpun harus dilakukan sebagai bentuk ikhtiar secara lahir, namun ikhtiar batin (ukhrawi) perlu juga harus dilakukan.

Kunci kesembuhan itu: berpikir positif dan berserah diri

Seperti disampaikan salah satu pasien yang sempat dinyatakan positif corona dan harus menjalani masa isolasi di sebuah RS rujukan di Jogja namun akhirnya sembuh dan dinyatakan bebas. Sebut saja, Zuhandi Kepala Kejaksanaan Negeri Bantul. Beberapa waktu lalu sempat dinyatakan positif terpapar COVID-19 namun kini sudah negatif dan dinyatakan sembuh.

Tentunya kunci kesembuhan ini yang harus ditularkan kepada masyarakat baik yang belum terpapar dan utamanya yang saat ini sudah dinyatakan positif. Wajar jika kepanikan kini kembali menghampiri apalagi akhir-akhir ini kondisi masih belum stabil.

Sebagai tokoh masyarakat, Zuhandi berpesan agar benar-benar mematuhi instruksi pemerintah untuk berdiam diri di rumah (stay at home), mencuci tangan dan selalu memakai masker. Sebab kita tidak akan pernah tahu kapan, dimana, dan dari siapa kita akan tertular virus COVID-19. Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang jangan panik, kondisi mental pun harus tetap dijaga. Jika sekiranya psikis sudah mulai terganggu sebaiknya menghindari untuk mengkonsumsi berbagai informasi dan pemberitaan yang bisa menambah beban pikiran.

Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan untuk menghindari stres. Dan terakhir yang tak kalah penting adalah selalu berpikir positif dan berserah diri kepada Sang Pemberi Hidup. Gunakan waktu untuk berdzikir, membaca Al-Qur’an serta mendengarkan kajian-kajian yang mampu menguatkan mental. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, insya Allah hati akan lebih tenang. Karena sesungguhnya semua dari Allah dan akan kembali kepada Allah.

Yakinlah, di balik kesulitan ini pasti ada kemudahan. Bukankah Allah tidak akan membebani hambaNya sesuai kemampuannya. Teruslah semangat dan selalu optimis bersama-sama menghadapi wabah corona ini. Akan ada saatnya dimana kita semua tersenyum bahagia menyambut hadirnya mentari pagi.

0 Komentar