Beberapa waktu lalu selepas gempa di Palu dan Donggala, masyarakat dihebohkan dengan beredarnya video yang menunjukkan kolam renang bergelombang di Juanda. Tak sedikit yang mengatakan gelombang itu akibat gempa, namun ada yang menganggapnya hanya rekayasa belaka.

Guys, ternyata kejadian itu bukan hoax, lho! Tidak ada alat pembuat gelombang seperti di tempat rekreasi, di sini hanya ada alat sirkulasi air. Berdasarkan laporan seorang pengurus Kolam Renang Tirta Krida Lanudal Juanda, yakni Pak Ichsan. Ia mengatakan bahwa, "Fenomena itu juga pernah terjadi beberapa kali termasuk sesaat sebelum terjadi tsunami di Aceh dan gempa di Nias, Yogyakarta dan Lombok."

Guys! Pak Ichsan mengaku, selama 20 tahun bekerja, sudah beberapa kali menyaksikan fenomena alam tersebut.  Namun saat itu dirinya belum punya ponsel yang dilengkapi kamera, jadi momen itu tidak terabadikan, wah sayang sekali ya, Takaiters.

Awalnya, Pak Ichsan tidak percaya jika gelombang itu bakal berdampak terjadinya gempa dan tsunami, Guys. Sekali lagi, ini bukan rekayasa lho! Waktu terjadi tsunami dan gempa di Aceh, kolam bergelombang dan berombak lebih dari 2 meter. Begitu pula saat terjadi gempa di Nias, Yogyakarta dan Lombok, terjadi gelombang dan ombak kurang dari 1 meter. Dan saat terjadi tsunami dan gempa di Palu dan Donggala, terjadi gelombang dan ombak lebih dari 1 meter di kolam renang tersebut.

Intinya, kalau ada tsunami, gelombang ombaknya mencapai 1 meter, tapi kalau ombaknya kecil biasanya terjadi gempa di suatu wilayah di Indonesia di bawah 6 SR.

Guys, meskipun durasi gelombangnya hanya kisaran beberapa detik, namun mampu dijadikan pertanda akan terjadinya gempa. Seperti saat terjadi gelombang dan ombak di kolam renang tersebut, Jumat (18/9/2018) lalu. Merinding juga mendengarnya. Hingga saat ini, kolam renang tersebut masih dibuka untuk umum.

Dihimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan jangan panik. Lebih lanjut pihaknya akan menurunkan tim khusus yang akan menyelidiki penyebab gelombang tidak wajar tersebut. Yang jelas itu bukan fenomena biasa.

0 Komentar