Tema: Masa Lalu adalah Kenangan


Bicara tentang masa lalu terkadang memang mengasyikkan. Terlebih buat mereka yang mempunyai cerita indah dengan masa lalunya. Seolah-olah ingin kembali ke masa itu, hingga tak henti-hentinya bercerita dengan luapan emosi seperti saat kejadian. 

Tapi asyik juga, bahkan terkadang saya rela menjadi pendengar setia. Dia pun suka karena ceritanya tak menguap begitu saja karena ada orang macam saya yang ikhlas mendengarkan. Bahkan terkadang dari rentetan peristiwa masa lalu itupun diakhiri dengan sebuah kesimpulan kecil hingga disertai tatapan mata yang menerawang jauh entah ke langit shaf berapa lalu terselip senyuman tipis di sudut bibirnya. Itu gambaran orang yang sedang merangkum masa lalunya menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan (versi saya). Hehe...

Next...
Mengingatkanku pada sosok ibu yang suka banget cerita tentang masa lalu. (Duh... buliran bening hampir meleleh nih di pipi). Tetiba aku jadi melo, merindukan beliau, dan pingin peluk. Bacain Al Fatihah dulu yuk sebelum bongkar kisah silam beliau.

Ibu adalah sosok yang penuh bakti kepada kedua orang tuanya, penyayang keluarga dan sangat taat beribadah. Ada satu hal yang aku tak mampu menirunya, kedekatan beliau dengan masyarakat yang kurang mampu. Keinginan untuk membantu atau sekedar meringankan beban mereka yang tersisih. Padahal ibu (kami) bukanlah tergolong orang yang berada, yah sekedar cukup untuk hidup tanpa utang, namun ibu paham betul bahwa itulah ladang amal yang tidak akan diserobot oleh siapapun.

Demi mendapatkan donatur untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan, ibu rela meluangkan waktu dan berjalan kesana kemari dari rumah ke rumah bahkan hingga kondisi beliau agak susah berjalan pun, hal ini masih dilakukan. Begitulah ibu, rela menjadi perantara si kaya dan si miskin. Wejangan ibu yang paling ampuh, bahwa harta itu tidak akan dibawa mati. 

Mungkin karena mantra itu juga, ibu selalu mudah mendapatkan donatur. Bahkan kadang kalau ibu sedang kurang enak badan, para donaturlah yang datang ke rumah kami untuk menyetorkan uang. Uang itu langsung ibu setor ke sekolah tempat anak-anak belajar. Subhanallah, semoga menjadi amal sholeh ibu dan memberatkan timbangan kebaikan beliau di yaumul qiyamah. Amin yarabal ‘alamin.

Masih membekas di ingatan saat ibu mengundang anak-anak untuk berkumpul di rumah kami. Mereka diberi tausyiyah kemudian dikasih alat tulis sekedarnya dan sejumlah uang untuk tambahan beli buku. Raut bahagia terpancar dari wajah polos mereka. Ada jaminan pendidikan buat masa depannya. Dan kini mereka telah dewasa bahkan ada yang sudah berkeluarga. 

Semoga semua anak-anak negeri mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak karena di tangan merekalah masa depan bangsa ini tercipta.


0 Komentar