Duka di Penghujung Ramadhan
Ramadhan tahun ini terasa begitu spesial, pasalnya puteri semata wayangku yang tinggal di asrama bisa menjalankan puasa selama satu bulan penuh bersama keluarga di rumah. Ada banyak cerita yang mewarnai bulan penuh berkah ini.
Mungkin cerita ini tak mampu mewakili detak jantungku yang turut menjadi saksi kala dikejar deadline penulisan buku "Kisah Inspiratif Ramadhan" yang akhirnya launching di penghujung bulan penuh rahmat ini. Mungkin juga cerita ini tak mampu menggambarkan betapa dua tangan ini begitu kompak untuk turut serta menyajikan berbagai olahan menu masakan kala rumah kami dapat giliran menjamu buka puasa Saudara dan teman-teman.
Mungkin juga cerita ini tak mampu mewakili luapan hati yang begitu riang, kala waktu berbuka puasa tiba lalu kami harus bergegas melaksanakan tarawih, entah itu di masjid maupun mengikuti ritual Safari Tarawih Ramadhan yang digelar di beberapa instansi. Mungkin juga cerita ini tak mampu mewakili denyut nadi yang terasa hangat kala berdekatan dengan anak-anak TPA saat mendampingi puteriku mengajar mereka. Mungkin juga cerita ini tak mampu mewakili betapa surprisenya ketika akhirnya tulisan bertajuk "Kebaikan Maksimal" dalam rubrik hikmah itu berhasil tayang di sebuah media cetak. Mungkin juga cerita ini tak mampu mewakili setiap lelahku ketika harus bolak-balik ke sebuah hotel tempat bukber reuni SD puteriku yang endingnya lumayan sukses. Dan masih banyak lagi kata-kata mungkin yang lain.
Begitulah... sepenggal kisah yang hanya mampu kuceritakan lewat blog pribadiku. Selebihnya tentang seberapa banyak ibadah yang kulakukan biarlah menjadi rahasiaku dan cukup Allah yang tahu. Terutama puasaku hanya kupersembahkan untukNya.
Terima kasih ya Rabbi telah mempertemukan dengan bulan yang sarat akan maghfirah ini. Ada rasa khawatir, jika ternyata ini akan menjadi pertemuan terakhir dengan Ramadhan. Entah mengapa suatu ketika hatiku begitu mudah tersayat kala mendengar ceramah pak Ustadz dan ketika ada seseorang yang begitu tulusnya menasehatiku.
Tak terasa ada butiran bening membasahi pipiku dan aku tak kuasa membendungnya. Beberapa tempat menjadi saksi dimana aku tak mampu menahan isakan itu, seakan aku lupa bahwa di sana ada banyak pasang mata melirik ke arahku. Biarlah cukup Allah yang tahu betapa diri ini begitu mencintaiNya. Begitu takut untuk berbuat dosa dan maksiat, bahkan selalu merasa kerdil di hadapanNya.
Dan di penghujung Ramadhan ini untaian do'a selalu kumohonkan terutama untuk kedua orang tuaku yang telah tiada, terimalah amal ibadah mereka Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, terangkanlah alam kuburnya, ringankanlah siksa kuburnya dan tempatkanlah mereka di tempat terbaik di sisiMu. Jadikanlah kami anak-anak yang mampu menjadi amal jariyah bagi mereka demikian pula anakku pada diriku. Ya Allah terimalah amal ibadah puasa kami dan akhirkan hidup kami ini dengan akhir yang husnul khotimah.
Pintaku, pertemukan kami kembali dengan RamadhanMu di tahun depan Ya Allah. Aku pasti merindukannya dan akan selalu merindukannya.
0 Komentar