foto by kompasiana.com

Bersyukurlah wahai para orang tua, jika memiliki putra-putri yang berminat melanjutkan studi ke pondok pesantren. Itu artinya, mereka sudah mampu mengambil keputusan terbaik untuk masa depannya. Tidak perlu khawatir secara berlebihan ketika mereka tidak lagi tinggal serumah bersama orang tua. Akan lebih baik jika sebagai orang tua terus mendukung dan selalu memberikan energi positif untuk keberlangsungan mereka belajar di pondok pesantren.

Ketika pilihan itu menjadi sebuah prioritas bagi si anak tanpa ada paksaan dari luar, patutlah orang tua berbangga. Karena ada banyak sisi positif ketika anak belajar di pondok pesantren. Bukan saja belajar ilmu agama, bahasa Arab, bahasa Inggris dan pelajaran umum lainnya namun juga tentang kemandirian dan pendidikan karakter. Anak menjadi lebih fokus belajar tanpa diganggu dengan gadget namun juga tidak buta IT karena pondok pesantren zaman now sudah bersentuhan dengan teknologi informasi.

Lalu, bagaimana dengan sikap orang tua yang anaknya tinggal di pondok pesantren, terlebih bagi mereka yang hanya memiliki anak semata wayang? Tentunya rasa sepi dan rindu yang mendera tidak bisa diabaikan begitu saja. Apabila hal ini terus terjadi akan berdampak negatif bagi orang tua, dan imbasnya pada kontak batin dengan si anak. Akhirnya anak menjadi tidak kerasan dan ujung-ujungnya keluar dari pondok pesantren.


foto by Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

     Ada beberapa tips penangkal rindu saat anak berada di pondok pesantren. Antara lain:
1.    Belajar Ikhlas
Anak berada di pondok pesantren adalah untuk menuntut ilmu. Yang hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dia berada dalam penjagaan Sang Khaliq. Tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan karena pada dasarnya anak adalah amanah, yang pada saatnya nanti sebagai orang tua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

2.    Doakan Anak Setelah Salat
Kekuatan doa itu sangat dahsyat. Terlebih doa orang tua kepada anak. Kerinduan orang tua pada si anak akan tertuang dalam untaian doa yang begitu khusyuk dipanjatkan. Tentunya doa-doa itu akan menjadi energi positif bagi si anak.

3. Menyibukkan Diri dengan Berbagai Aktivitas Positif
Melewatkan waktu tanpa ada aktivitas hanya akan menggiring pada hal-hal negatif. Sebagai orang tua pun harus mempunyai aktivitas. Misal, ikut aktif di komunitas penulis, kajian ilmu agama, komunitas wirausaha, komunitas pecinta seni dan sebagainya, yang intinya ada interaksi dengan banyak orang. Hal ini bisa menjadi peredam rasa rindu kepada sang anak.

4.    Meningkatkan Silaturahmi
Silaturahmi ini bisa dilakukan dengan saudara, tetangga dan teman. Ini sangat penting, setidaknya ketika bertemu dengan orang lain menjadi merasa tidak sendiri berada di dunia ini. Para orang tua bisa saling menanyakan kabar, berbagi cerita hingga memberikan dukungan satu sama lain.

5.    Menanyakan Kabar Anak
Jika rasa rindu orang tua sudah begitu dalam, silakan menghubungi si anak di asrama. Hal tersebut bisa menjadi pengobat rindu walau hanya melalui jaringan telepon saja. Namun, alangkah baiknya tidak terlalu sering dihubungi supaya anak konsentrasinya tidak terganggu. Cukup satu kali dalam seminggu atau dua sampai tiga kali dalam satu bulan.

    Bagi para orang tua yang putra-putrinya bersekolah di pondok pesantren, tidak perlu bersedih. Ikhlaskan dan doakan karena sebetulnya mereka sedang ber-thalabul ilmi walaubithin, berjuang di jalan Allah. Jika nanti selesai dari pondok pesantren, harapan orang tua anak berubah menjadi lebih baik dan lebih salih. 

0 Komentar