KALEIDOSKOP 2018
Penghujung tahun 2018 sudah di depan mata. Ada rasa getir saat melepasnya namun ada sebongkah harap saat menatap tahun yang segera berganti. Apakah kita termasuk orang beruntung atau sebaliknya malah merugi karena pergantian tahun tidak membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Ada saatnya mengapresiasi diri, kala pribadi ini mampu menorehkan tinta emas (red: penuhi harapan) di tahun yang kita tinggalkan. Dan perlulah mengintrospeksi diri saat sesuatu yang kita lakukan ternyata tidak mendatangkan manfaat bagi orang lain, saat tutur kata dan sikap kita ternyata mampu menggoreskan luka di hati sesama bahkan saat batin ini ternyata ditumbuhi berbagai aroma negatif yang tak mampu menggiring kita dalam suatu kebaikan.
Bermuhasabah adalah tindakan bijak untuk menyambut pergantian tahun dan selalu mensyukuri setiap keberhasilan yang mampu diraih meskipun tak seberapa besar namun setidaknya mengapresiasi diri akan membuat kita lebih bersemangat menatap hari-hari ke depan.
Tahun 2018 menjadi sebuah momentum bersejarah (Wisuda Pascasarjana). Tepatnya di bulan April, perjalanan panjang menempuh jenjang starta dua program Magister Managemen pada Universitas Teknologi Yogyakarta sampai pada garis finish. Penuh perjuangan untuk sampai di titik ini, ada tanggung jawab lain yang harus diemban selain belajar yaitu bekerja dan sebagai ibu & isteri. Tentu saja di balik ini semua ada sosok hebat yang menghantarkanku hingga menerima selembar kertas bernama "ijazah", dialah suami tercinta yang begitu setia menemaniku, mengerti dan paham akan seabrek kesibukanku.
Tak ada yang kebetulan karena semua yang terjadi sudah ada dalam skenarioNya. Pertemuanku dengan salah seorang penulis yang aku sebut guru mampu menggandengku untuk bergabung dan menjadi kontributor dalam dua buah buku antologi yang semuanya bercerita tentang kisah inspiratif yaitu Ramadan Penuh Hikmah serta Kurban dan Kepekaan Sosial. Ada dua buku antologi lagi yang masih dalam proses cetak semoga tahun 2019 bisa segera launching.
Perjalanan terjal menjadi seorang penulis ternyata tak semulus yang dibayangkan. Butuh motivasi, butuh teman-teman yang saling menginspirasi, butuh lingkungan yang mensupport karena tanpa itu semua passionku masih naik turun. Tanpa kalian semua mimpi tinggallah mimpi dan tak akan pernah terwujud.
Proses memang tak pernah mengkhianati hasil. Lambat laun, goresan tintaku mampu menembus media masa. Lewat SST (Sungguh Sungguh Terjadi) rubrik paling kecil dan paling pojok bawah di sebuah media cetak di Yogyakarta (Kedaulatan Rakyat) ini menjadi sasaran pertamaku. Tentu tak lepas dari virus yang disebarkan oleh teman-teman hebatku.
Proses memang tak pernah mengkhianati hasil. Lambat laun, goresan tintaku mampu menembus media masa. Lewat SST (Sungguh Sungguh Terjadi) rubrik paling kecil dan paling pojok bawah di sebuah media cetak di Yogyakarta (Kedaulatan Rakyat) ini menjadi sasaran pertamaku. Tentu tak lepas dari virus yang disebarkan oleh teman-teman hebatku.
Bersyukur lolos hingga empat kali terbit tentu dengan cerita lucu yang dikupas semenarik mungkin hingga membuat para pembacanya tersenyum-senyum sendiri. Tentunya hal ini tak membuatku cepat merasa puas. Lewat media Tribun, tulisanku dimuat lagi di kisah inspiratif Ramadhan berjudul Kebaikan Maksimal hingga di penghujung tahun ini artikelku berhasil tembus di Mutiara Jumat Surat Kabar Kedaulatan Rakyat berjudul Ajal Sudah Semakin Dekat.
Sebelumnya lewat training tentang artikel dan kepenulisan yang diadakan oleh suatu komunitas menulis di media sosial facebook, alhamdulillah mampu menggiringku untuk menembus media online hingga dua kali terbit. Rasa percaya diri memang harus dipupuk agar semakin tumbuh dan berkembang.
Dalam proses penantian dan perjuangan menuju sebuah profesi sebagai pranata humas, tentunya tetap berkarya dan terus menulislah pilihannya. Termasuk menulis berita seputar kegiatan yang lalu lalang di Kementerian Agama (instansi saya) dan sebagai kontributor rubrik psikologi pada Majalah Dinas "Bakti".
Finally, saya patut bersyukur berada dan di keliling orang-orang yang hebat dan luar biasa. Merekalah yang secara tak langsung memotivasi diri ini untuk terus menggali potensi menulis. Mulai dari titik nol hingga saat ini mampu menembus media massa. Tentu saja semua itu terjadi atas kehendakNya karena sesungguhnya saya tak bisa menjalani ini semua tanpa pertolongan dan ridla Allah SWT.
Harapannya di tahun depan, saya mampu meluncurkan buku solo dan menembus rubrik opini & resensi serta memenangkan juara menulis artikel, puisi dan cerpen. Terlalu muluk ya? Tak apalah untuk sebuah asa. Siapa tahu malaikatpun berkenan mengamini. Semoga dan semoga Allah ijabahi. Amin ya rabbal alamin.
Thanks Allah.
0 Komentar