Hari ini, aku kembali merenung dan alam bawah sadarku mengingatkan bahwa waktunya sudah semakin dekat. Sadar banget karena waktu yang tersisa tak lagi sepanjang waktu yang telah terlewati. Setiap kali mengingat itu, mataku basah. Ada sisi hatiku yang terus berdesakan seolah memberi aba-aba untuk selalu siap saat ajal menjemput.

Hari ini, salah satu saudara kami telah memenuhi panggilan untuk menghadapNya. Tanpa ada yang menduga sebelumnya, bahkan kejadiannya begitu mendadak. Rencana indah yang tersusun di hari ini semua terkalahkan oleh skenario Allah yang Maha Dahsyat.

Sudah terjadwal sebulan sebelumnya bahwa hari ini, Ahad (7/4) acara trah keluarga di wilayah Bantul. Segala sesuatunya sudah tertata rapi termasuk tempat dan hidangan. Saat kami sampai di rumah tersebut, ada suasana yang berbeda. Terlihat beberapa orang menangis, dan kami pun dikasih tahu bahwa ayah dari tuan rumah baru saja meninggal dunia. Innalillaahi wainna ilaihi raji’un.


Sungguh ajal telah mengintai kita, entah siapa nanti yang akan mendapat giliran selanjutnya. Kita hanya bisa menyiapkan bekal terbaik untuk kehidupan selanjutnya. Berdoa supaya hidup kita diakhirkan dengan akhir yang husnul khotimah.

Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah?

Nabi menjawab, orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan. (HR Ibnu Majah)
...

Hanya ada tiga hari dalam hidup, kemarin, saat ini (sekarang), dan esok hari. Jika ajal sudah menjemput tak ada lagi istilah esok. Waktu yang telah berlalupun tak akan mungkin kembali. Yang ada hanya masa lalu yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapanNya kelak. Lalu seperti apa masa lalu yang akan kita ukir saat kita masih hidup.


Perbedaan terbesar orang yang mengingat kematian dengan tidak adalah terletak pada kehati-hatian bersikap, kerendahan hati, keikhlasan, amal kebaikan, dan kezuhudannya. Bahkan harta, tahta, dan popularitasnya tidak mempengaruhi pandangannya terhadap semua manusia.

Baca juga : Ajal Semakin Dekat

Hanya tingkatan taqwa yang membedakan kedudukan masing-masing manusia.
Ia tidak segan menguras hartanya untuk membantu orang lain yang membutuhkan, tahta ia gunakan untuk kemaslahatan seluruh rakyat dan popularitas ia gunakan untuk melakukan pencerahan kepada masyarakat agar kehidupannya terangkat menjadi lebih baik.

Sungguh banyak mengingat kematian akan melembutkan hati yang keras, kaku dan beku. Sungguh manusia cerdas adalah mereka yang bisa memaknai kematian dengan benar dan mengantarkannya pada kemuliaan yang hakiki.

#SarapanKata
#KMOIndonesia
#KMOBatch16
#Day4

0 Komentar